MATA
KULIAH: TEORI AKUNTANSI
DOSEN : MUH. YAHYA,SE.,M.SI.,AK
MAKALAH
“STRUKTUR TEORI AKUNTANSI”
DI
SUSUN OLEH:
WINDA BALLA SARI
211
110 001
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
LEMBAGA
PENDIDIKAN INDONESIA (LPI) MAKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui “STRUKTUR TEORI AKUNTANSI” yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “STRUKTUR TEORI AKUNTANSI” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap kehidupan remaja saat ini.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Makassar, 2
Mei 2013
Winda Balla
Sari
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah…………………………………... ...............................1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………….............................1
C. Tujun
Penulisan…………………………………………..……...........................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sifat
Struktur Teori Akuntansi……………………………....................................2
B. Sifat
Postulat Akuntansi ……………………………............................................ 2
C. Postulat-postulat
Akuntansi ……………………………...................................... 3
D. Konsep-konsep
Teoritis Akuntansi …………………… ...................................... 4
E. Prinsip-prinsip Dasar
Akuntansi ………………………......................................... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………… ... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 13
STRUKTUR TEORI
AKUNTANSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan
masa mendatang tergantung pada pemahamanteknik akuntansi maupun struktur teori
akuntansi di mana teknik diturunkan. Pengembangan struktur teori akuntansi
untuk memberikan justifikasi yang lebih baik pada aturan-aturan dan
teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan pengujian yang dilakukan
oleh Paton tentang pondasi dasar akuntansi.
B.
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui teori akuntansi, pada dasarnya yang harus
dipelajari terlebih dahulu yaitu kita harus menganalisis dan bisa mengurai
unsur-unsur teori akuntansi itu sendiri. Salah satu upaya untuk itu adalah
mengenal elemen-elemen teori akuntansi. Teori akuntansi keuangan dibangun untuk
mengembangkan akuntansi keuangan yang sesuai dan bermanfaat bagi para
pemakainya, struktur teori akuntansi itu dimulai dari perumusan tujuan laporan
keuangan, baru dari tujuan ini dirumuskan apa itu postulat, konsep, prinsip,
dan akhinrya standar akuntansi yang merupakan pedoman atau teknik penyusunan
laporan keuangan.
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang
berbeda-beda. Pada perkembangan saat ini akuntansi dapat kita definisikan
dengan mengacu pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa.
Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan tentang entitias ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam
pembuatan-pembuatan keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan antara alternatif
tindakan yang ada.
Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang
proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum
menguji pendekatan-pendekatan tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan
lebih baik apabila dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan yang telah
membentuk perkembangan akuntansi keuangan.
C.
Tujuan penulisan
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar
dalam memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian
akuntansi. Teori didefinisikan sebagai kumpulan gagasarn (konsep), definisi,
dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan
menjelaskan hubungan antar variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan
serta memprediksikan fenomena tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifat Struktur
Teori Akuntansi
Pendekatan dan metodologi apapun
yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi (deduktif atau induktif,
normatif atau deskriptif), rerangka acuan yang dihasilkan didasarkan pada
serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi.
Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen berikut ini:
1. Pernyataan
tujuan laporan keuangan.
2. Pernyataan
postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi
lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan
dari pernyataan tujuan.
3. Pernyataan
tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep
teoritis.
4. Batang
tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.
Kita akan mendiskusikan tiga
elemen teori akuntansi yang ada, yaitu:
1. Postulat
akuntansi;
2. Konsep-konsep
teoritis akuntansi;
3. Prinsip-prinsipakuntansi.
B. Sifat
Postulat Akuntansi
Dalam teori akuntansi kita sering
dibingungkan oleh istilah-istilah yang agak mirip, tetapi mempunyai arti yang
berbeda seperti istilah : aksioma, postulat, konsep, convention,
generalization, praktik, prosedur, prinsip, standar, norma
dll. Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan mempertimbangkan
penyusunan struktur teori akuntansi secara deduktif, proses interaktif di mana
tujuan akuntansi menyediakan dasar untuk postulat dan konsep teoritis dari mana
teknik-teknik diturunkan.
Kita memulai dengan definisi
berikut ini:
1. Postulat
akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya
sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah diterima kesesuaiannya dengan
tujuan laporan keuangan yangmenggambarkan lingkungan ekonomi, politik,
sosiologi dan hokum di suatu tempat dimanaakuntansi itu beroperasi.
2. Konsep
teoritis akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau
aksioma, juga berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan
laporan keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi
dalam ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas
kekayaan.
3. Prinsip
akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan
dan konsep teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan teknik-teknik
akuntansi.
4. Teknik (standar) akuntansi adalah
aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip akun-akuntansi untuk memperlakukan
transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
C. Postulat-postulat
Akuntansi
1. Postulat
Entitas (Entity)
Akuntansi mencatat hasil kegiatan
operasi dari suatu entity (lembaga atau peruahaan) yang terpisah dan
dibedakan dari pemilik. Menurut konsep ini kita bisa menyusun laporan keuangan
sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka setiap perusahaan dianggap sebagai uni
akuntansi yang terpisah dari pemiliknya.
Berdasarkan pengertian ini maka
yang menjadi objek dan perhatian dar akuntansi yang dimasukkan ke dalam laporan
keuangan adalah kejadian yang dialami oleh lembaga atau perusahaan dan bukan
merupakan gabungan dengan pribadi pemiliknya. Konsep ini disebut
dengan firm oriented.
Dari sisi lain
konsep entity ini dilihat dari kepentingan ekonomi dari beberapa
konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan
administrasi lembaga tadi. Pengertian ini disebut dengan user oriented.
Dalam konsep ini yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan
keuangan adalah para pemakainya. Informasi apa yang diinginkan pemakai
itulah yang dilaporkan dalam laporan keuangan . Untuk mengetahui apa yang
diinginkan para pemakai laporan, perlu diketahui :
1. Kepentingan
para pemakai laporan
2. Sifat-sifat
dari para pemakai laporan
Contoh yang paling jelas di sini
adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi Lingkungan, Akuntansi SDM, dll. Dalam bidang
ini yang menjadi dasar bertolak adalah apa yang diinginkan oleh para pemakai
laporan keuangan dan bukan tentang apa maunya teori akuntansi.
2. Postulat
Kelangsungan Usaha (going concern)
Postulat kelangsungan usaha, atau
postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi
untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan.
Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi
dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan
terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu.
Postulat ini memberikan
pembenaran terhadap penilaian asset secara historical
cost dan book value bukan current
value atau liquidation value. Dalam asumsi ini seolah dinyatakan
bahwa nilai atau harga yang terdapat dalam laporan keuangan didasarkan pada
asumsi bahwa perusahaan ini tidak akan dilikuidasi atau dijual
sehingga nilai dari asset atau utang dari perusahaan yang akan dibubarkan.
Tentu pada kenyatannya, nilai aset pada perusahaan yang sudah berhenti dan
mennunggu akan dibubarkan umumnya berbeda atau jauh lebih rendah
dari perusahaan yang masih terus beroperasi dan lancar. Postulat ini juga
membenarkan metode alokasi akuntansi seperti pembebanan penyusutan, penyisihan,
konsep konservatisme maupun amortisasi selama masa penggunaannya tau selama
perusahaan berjalan.
Postulat going
concern ini juga dapat dipergunakan untuk mendorong agar manajer
bersikapforward looking, melihat jauh ke depan dan investor pun dengan
pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia menanamkan modalnya dalam perusahaan
dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus agar
ia mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.
3. Postulat
unit pengukur (Unit Of Measure)
Postulat ini, yang disebut juga
monetery unit postulate menganggap bahwa setiap transaksi harus diukur dengan
suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam. Alat ukur yang dipakai dalam
akuntansi adalah alat ukur moneter. Postulat ini menimbulkan 2 keterbatasan
yaitu :
1. Akuntansi
terbatas pada pemberian informasi dalam satuan moneter tanpa mencatat informasi
non moneter lainnya yang relevan. Sehingga akuntansi dianggap hanya
menginformasikan sebatas : kuantitatif, formal, terstruktur, dapat diaudit,
angka-angka dan berorientasi pada masa lalu. Informasi non akuntansi dianggap
kualitatif, informal, penjelasan, tidak dapat diaudit dan berorientasi pada
masa depan. Namun para ahli pada saat ini teus berupaya agar informasi yang
diberikan oeh akuntansi keuangan dapat memasukkan aspek kualitatif melalui
berbagai instrumen laporan.
2. Unit
moneter itu sendiri sifatnya berfluktuasi tergantung pada kemampuan daya beli.
Pada kenyataannya, daya beli itu tidak stabil karena termakan oleh inflasi
sehingga informasi keuangan yang disajikannya akan kehilangan relevansi.
4. Postulat
Periode Akuntansi
Meskipun postulat kelangsungan
usaha menyatakan bahwa perusahaan akan tetap ada untuk periode waktu yang tidak
terbatas, pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi keuangan dan
kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan
terhadap kendala yang disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi
menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam
kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
Panjangnya periode waktu dapat
bervariasi tetapi hukum pajak penghasilan yang mensyaratkan penentuan income
dengan dasar tahunan dan praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal
satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang
terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiskal
atau tahun bisnis alami". Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan
tahun kalender akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika
aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi
yang tepat waktu, relevan dan sering, kebanyaka perusahaan juga menerbitkan
laporan interim yang menyediakan informasi keuangan triwulanan atau bulanan.
Studi empiris tentang reaksi pasar modal atas penerbitan laporan interim dan
dampaknya terhadap keputusan investasi pemakai mengindikasikan kegunaan laporan
interim. Untuk menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting Principles
Board menerbitkan APB Opinion No.28, yang mensyaratkan laporan interim
seharusnya didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama dengan yang
digunakan dalam pembuatan laporan tahunan.
D. Konsep-konsep Teoritis Akuntansi
1. Teori
Proprietary/Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary,
entitas sebagai “agen”, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual
atau pengoperasi pemegang saham". Sudut pandang kelompok pemilik sebagai
pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat
laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:
Aset - Utang = Ekuitas Pemilik.
Persamaan ini dibaca : pemilik
memiliki aset dan sekaligus memiliki kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya
adalah kekayaan perusahaan dikurangi dengan kewajiban perusahaan. Oleh karena
itu, teori ini berorientasi pada neraca (balance sheet oriented). Aset dinilai
dan neraca disajikanuntk mengetahui dan mengukur perubahan hak dan kekayaan
pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya dianggap sebagai kenaikan atau
penurunan harta kekayaan pemilik bukan dianggap berasal dari investor atau
pengambilan pemilik sehingga biaya dan dividen adalah pengambilan modal.
Beberapa istilah akuntansi yang
dipengaruhi oleh teori ini adalah seperti penyajian divide per share, earning
per share, equity method dalam pencatatan perkiraan investasi pada
perusahaan lain dan lain-lain.
2. Teori
Entitas
Teori entitas memandang entitas
sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal
pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat
kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan
bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini,
persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Ekuitas
Aset= Utang+ Ekuitas Pemegang
saham
Aset adalah hak
perusahaan, ekuitas menunjukkan sumber aset yang berasal dari
kreditor atas pemilik yang merupakan kewajiban bagi perusahaan. Kreditor dan
pemilim sebenarnya adalah pemilik perusahaan yang merupakan tempat
di mana perusahaan memiliki kewajiban. Baik kreditor dan pemegang saham adalah
pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan
income, control, risiko,dan likuidasi.
Laba adalah milik
perusahaan sebelum dibagikan kepada pemilik.
Teori ini berorientasi pada
laporan laba rugi (income statement oriented). Pertanggungjawaban pada pemilik
dilakukan dengan cara mengukur pestasi kegiatan dan prestasi keuangan yang ditunjukkan
perusahaan. Dengan demikian, income merupakan
kenaikan equitypemilik atau kenaikan kewajiban perusahaan kepada pemilik.
Setelah dikurangi hak kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen
dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik perusahaan sampai
suatu saat dibagikan. Dalam teori ini pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai
bagian laba untuk pemerintah dan kreditor. Oleh karena itu, bukan biaya.
Beberapa pengaruh teori ini pada
pencatatan dan penyajian akuntansi adalah :
1. Penggunaan
LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi. Metode ini lebih baik dalam
penentuan pendapatan dari pada FIFO di masa inflasi.
2. Penyajian
laporan keuangan konsolidasi
3. Definisi
tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai dengan konsep ini
3. Teori
dana (Fund Theory)
Menurut teori yang dikemukakan
W.Y Vatter (1995) ini yang menjadi perhatian bukan pemilik dan bukan pula
perusahaan, tetapi sekelompok aset yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan
disebut fundyang masing-masing pos memiliki aturan dalam
penggunaannya. Dengan demikian teori dana menganggap bahwa unit
usaha merupakan sumber ekonomi (dana) dan kewajiban yang ditetapkan
sebagai pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan aset atau dana tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Pembatasan Aset
Dalam persamaan ini unit
akuntansi didefinisikan dalam istilah aset, dan penggunaan aset ini adalah
terbatas. Kewajiban merupakan suatu pembatasan ekonomi secara hukum terhadap
penggunaan aset. Teoi dana ini memusatkan perhatian pada harta atau aset
centered dalam arti kata yang menjadi pusat perhatiannya adalah penggunaan
aset yang dibatasi. Teori ini berorientasi pada laporan sumber dan penggunaan
dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari mana dana dan ke mana penggunaan
dana perusahaan. Umumnya teori ini berlaku untuk organisasi pemerintah atau non
profit (nirlaba).
4. The
enterprise Theory
Sejalan dengan kemajuan sosial
dan meningkatnya pertanggungjawaban publik oleh perusahaan, maka konsep
teoritis akuntansi juga berubah. Dalam konsep teori ini yang menjadi pusat
perhatian adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau yang
memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah, kreditor, pegawai dan
pihak yang berkepentingan lainnya. Dalam teori ini pihak-pihak ini harus
diperhatikan dalam penyajian informasi laporan keuangannya. Menurut teori ini
akuntansi jangna hanya mementingkan informasi bagi pemilik perusahaan,
tetapi juga pihak lainnya juga yang memberikan kontribusi langsung
dan tidak langsung kepada eksistensi dan keberhasilan suatu perusahaan atau
lembaga.
E. Prinsip-prinsip Dasar
Akuntansi
Banyak pihak baik komite maupun
perseorangan yang memberikan prinsip dasar akuntansi tersebut. Antara yang satu
dengan yang lain kadang memiliki kadang memiliki perbedaan dan juga persamaan.
Berikut ini akan kita berikan beberapa pendapat tersebut.
Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia memberikan dua asumsi dasar yaitu :
a. Dasar
Acrual
Artinya dalam menyusun laporan
keuangan pengakuan tansaksi didasarkan pada kejadian atau perisiwa bukan
didasarkan pada transaks kas.
b. Kelangsungan
Usaha
Laporan keuangan disusun
berdasarkan asumsi bahwa entity yang dimaksud akan melanjutkan usahanya, da;lam
asumsi dasarnya tidak ada maksud untuk melakukan likudasi.
APB Statement No.4 memberikan
smbilan prinsip dasar akuntansi sebagai berikut :
1. The
cost Principle
Menurut pendapat ini, cost
principle atau disebut juga acquisition cost adalah dasar
penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok
dan equity. Dengan kata lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan.
APB statement No.4 mendefinisikan cost sebagai
berikut :
Cost adalah suatu
jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang
dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan , modal saham yang dikeluarkan,
jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan
jasa yang diterima atau akan diterima.
Kelemahan dari prinsip ini yang
paling utama adalah akibat nila uang atau kemampuan daya beli yang tidak stabil
sehingga bisa terjadi kemngkinan kesalahan pembaca dalam membaca lapran
keuangan yang disajikan secara cost principle.
2. The
Revenue Principle
Prinsip ini menjelaskan sifat dan
komponen, pengukuran dan pengakuan revenue sebagai salah satu elemen penyusunan
laporan laba rugi. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagia berikut :
a. Sifat
dan komponen dari revenue
Pada
umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai :
1. Arus
masuk net aset seagai akibat penjualan barang dan jasa
2. Arus
keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada langganan
3. Produksi
perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan selama periode tertentu
Perbedaan
tersebut timbul akibat perbedaan pandangan tehadap apa yang dianggap
termasuk dalam revenue.
Ada dua pandangan
tentang revenue, yaitu sebagai berikut :
1. Secara
luas, revenue termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan
investasi. Termasuk revenue adalah seluruh perubahan net
aset yang timbul dari kegiatan produsi dan dari laba rugi yang
berasal dari penjualan aktiva dan investasi.
2. Secara
sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan produksi, dan tidak
termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap.
b. Pengukuran
Revenue
Revenue merupakan nilai yang
diukur menurut produk atau jasa yang ditukar dengan cara transaksi
yang objektif.
Nilai
di sini dapat berupa :
1. Net
Cash atau Equivalent
2. Nilai
discounted dari uang yang diterima atau akan diterima sebagai imbalan
pertukaran barang dan jasa yang diserahkan perusahaan kepada
langganannya.
Dari nilai ini, dua penafsiran
yang muncul yaitu :
1. Potongan
harga dan pengurangan lain dari harga tetap. Hal ini perlu disesuaikan untuk
menghitung net cash yang sebenarnya atas nilai diskonto uang yang
diklaim yang harus dikurangi untuk menghitung revenue.
2. Untuk
transaksi yang buan melalui kas, nilai tukarnya dianggap sama dengan nilai
pasar wajar dari jumlah yang akan diterimayang paling mudah dan paling jelas
dapat dihitung.
3.The
Matching Principles
Prinsip ini mengatur agar pembebanan
biaya harus dilakukan pada periode yang sama dengan periode
pengakuan hasil. Hasil diakui pada periode menurut prinsip pengakuan
hasil dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Akuntansi untuk biaya ini
mencakup dua tahap yaitu :
1. Cost dikapitalisasi
sebagai aset yang merupakan harta yang menyimpan sejumlah jasa dan keuntungan.
2. Setiap
aset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk menilai bagian dari aset itu
yang dibebankan untuk menghasilkan revenue selama periode itu.
Dengan demikan, yang dianut di
sini adalah accrual basis accounting bukan cash basis
accounting.
Kaitan antara hasil dan biaya
tergantung pada empat kemungkinan sebagai berikut :
1. Pengurangan
langsung biaya terhadap hasil seperti pada harga pokok penjualan mengurangi
penjualan.
2. Pengurangan
langsung biaya menurut periodenya, seperti gaji direksi
3. Alokasi
biaya pada periode yang memberikan keuntungan, misalnya biaya penyusutan.
4. Membiayakan
seluruh cost pada periode yang dibebankan kecuali dapat ditunjukkan
bahwa pengeluaran akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang, bukan
pada periode itu, seperti biaya promosi.
4.Prinsip
Objektivitas (Objectivity Principles)
Kegunaan informasi keuangan
tergantung pada tingkat realibilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena
menjamin realibilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan
prinsip objektivitas untuk menjustiikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan. Prinsip objektivitas mempunyai interpretasi yang
berbeda-beda yaitu :
1. Pengukuran
objektivitas merupakan ukuran yang “tidak bersifat personal”, dalam pengertian
bebas dari bias personal pengukurnya. “Dengan kata lain, objektivitas merujuk
pada realitas eksternal yang independen dari orang yang menerimanya”.
2. Pengukuran
objektivitas merupakan pengukuran variable, dalam pengertian bahwa pemgukuran
didasarkan pada bukti,
3. Pengukuran
objektivitas merupakan hasil dari “consensus diantara kelompok pengamat atau pengukur
tertentu”. Pandangan ini juga memandang bahwa objektivitas tergantung pada
kelompok pengukur tertentu.
4. Ukuran
penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai indicator tingkat
objektivitas suatu system pengukuran termaksud.
5.Prinsip
Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi menyatakan
bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara
konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur
akuntansi yang sama akan diterapkan dalam item serupa sepanjang lebih berguna.
Kecenderungan dalam data akuntansi dan hubungan dengan factor-faktor eksternal
akan terungkap secara lebih akurat bila prosedur pengukuran yang komparabel
telah digunakan. Demikian pula, distorsi jumlah income dan neraca dan
kemungkinan manipulasi laporan keuangan dapat dihindari dengan penggunaan
prosedur akuntansi yang konsisten sepanjang waktu. Konsistensi juga merupakan
batasan bagi pengguna laporan keuangan yang komparabel dari sebuah perusahaan
selama beberapa waktu, sehingga mempertinggi kegunaan laporan. Dalam opini
standar, akuntan public mengakui prinsip konsistensi dengan memperhatikan
apakah laporan keuangan telah dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umu yang diterapkan dengan dasar yang “konsisten dengan tahun sebelumnya” atau
belum.
Prinsip konsistensi tidak
menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntasi ketika hal tersebut dapat
dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika prosedur altenatif lebih baik.
Menurut APB Opinion No. 20, perubahan yang dapat menjustifikasi perubahan
prosedur adalah :
1. Perubahan
dalam prinsip akuntansi
2. Perusahaan
dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan
dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi
dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan secara retroaktif untuk
perubahan entitas akuntansi, secara prospektif untuk parubahan dalam
estimasi akuntansi, dan secara umum dan segera untuk perubahan dalam prinsip
akuntansi.
6.Prinsip
Pengungkapan Penuh (Disclosure Principle)
Terdapat konsensus umum dalam
akuntansi bahwa terdapat pengungkapan data akuntansi yang “penuh” (full), wajar
(fair) dan “cukup” (adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan
keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa
ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat
informasi yang memadai untuk membuat laporan berguna dan tidak menyesatkan bagi
rata-rata investor. Secara lebih eksplisit, prinsip pengungkapan penuh
berimplikasi bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata
investor yang menghilangkan atau disembunyikan.
Skinner memberikan perhatian pada
beberapa permasalahan yang seharusnya menjadi subjek pengungkapan penuh :
1. Rincian
tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila diperlukan pertimbangan
dalam penerapan metode akuntansi, bila metode khas untuk entitas pelaporan
tertentu, atau bila metode akuntansi alternatif dapat digunakan.
2. Informasi
tambahan untuk membantu analisis investasi atau untuk mengindikasikan hak
berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan entitas.
3. Perubahan
dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan dan
dampak perubahan tersebut.
4. Aset,
utang, biaya dan revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak lain yang
memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau karyawan yang
memiliki hubungan khusus dengan entitas pelaporan.
5. Aset,
utang, dan komitmen bersyarat
6. Transaksi
keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca
yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entitas sebagaimana
telah digambarkan dalam laporan akhir tahun.
7.Prinsip
Konservatisme (Conservatims Principle)
Prinsip konservatisme merupakan
prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa prinsip tersebut
bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan
reliable. Prinsip konservatisme menyatakan behwa ketika memilih diantara dua
atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah
memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Secara
lebih spesifik, prinsip ini menunjuk-kan bahwa lebih disukai melaporkan nilai
terendah untuk asset dan revenue dan nilai tertinggi untuk utang dan expenses.
Prinsip konservatisme kemudian menyatakan bahwa akuntan secara umum
menggambarkan perilaku pesimistik ketika memilih teknik akuntansi untuk
pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan pemahaman income sekarang dan asset,
prinsip konservatisme mungkin mendorong perlakuan yang merupakan penyimpangan
dari pendekatan teoritis dan dapat diterima. Sebagai contoh, pengadopsian
konsep lower-of-cost-or-market bertentangan dengan prinsip biaya historis.
Meskipun penilaian asset dan penyusutan dipercepat secara umum diyakini sebagai
ukuran yang melawan inflasi, mereka dipandang sebagai hasil dari pengadopsian
prinsip konservatis-me. Chatfield mengatakan bahwa “.
Keduanya (LIFO dan penyusutan
dipercepat) memunculkan kembali tradisi lama tentang konservatisme neraca,
sedemikian banyak sehingga pembayar pajak dimungkinkan menggunakan LIFO bersama
dengan penilaian sediaan lower-of-cost-or-market. Keduanya telah memberikan
keutamaan bagi kebutuhan menajemen akan penilaian yang lebih tepat.
8.Prinsip
Materialitas (Materiality Principle)
Seperti halnya konservatisme,
prinsip materialitas merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip
ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi
signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan
peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak
perlu diungkapkan.
Secara umum, badan-badan
akuntansi telah meninggalkan penggunaan materialitas dalam pertimbangan
akuntan, pada saat yang sama tetap menekankan pentingnya materialitas. Menurut
APB Statement No. 4, materialitas menunjukkan bahwa “pelaporan keuangan hanya
berurusan dengan informasi yang cukup signifikan untuk mempengaruhi evaluasi
atau keputusan”, APB Opinion No. 30 menggantungkan pada konsep materialitas
yang tidak didefinisi untuk menjelaskan item-item luar biasa. Demikian
pula, APB Opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan pengungkapan
semua kebijakan atau prinsip yang secara material mempengaruhi posisi keuangan,
hasil operasi dan perubahan dalam posisi keuangan suatu entitas. Pada tahun
1975, FASB menerbitkan memorandum diskusi tentang isu materialitas, yang
menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang
memiliki definisi operasional. Kebanyakan definisi materialitas menekankan pada
peran akuntan dalam menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak
material. Sebagai contoh, Frishkoff mendefinisi materialitas sebagai “arti
pentingnya relative dan kuantitatif dari suatu informasi akuntansi bagi pengguna
dalam konteks keputusan yang harus dibuat”.
9. Prinsip
Keseragaman dan Kompabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada
penggunaan prosedur yang sama untuk item-item yang terkait dengan perusahaan
tertentu antar waktu, prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang
sama oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai
komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta
karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
Pada kenyataannya, debat yang konstan terjadi tentang apakah fleksibilitas atau
keseragaman seharusnya berlaku dalam akuntansi dan pelaporan keuangan.
Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa prinsip tersebut akan:
1. Mengurangi
perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik akuntansi.
2. Memungkinkan
pembandingan yang berarti bagi pengguna laporan keuangan.
3. Memperbaiki
kepercayaan pengguna pada laporan keuangan.
4. Mendorong
intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi
Pendukung utama fleksibilitas
mengklaim bahwa :
1. Penggunaan
prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item yang sama yang terjadi
dalam berbagai kasus menimbulkan risiko penyembunyian perbedaan-perbedaan
penting diantara kasus-kasus tersebut;
2. Komparabilitas
merupakan tujuan yang tidak praktis ; “hal tersebut tidak dapat dicapai dengan
mengadopsi peraturan-peraturan perusahaan yang tidak menggunaan pencatatan yang
memadai untuk situasi faktual yang berbeda”
3. “Perbedaan
dalam keadaan” atau “variable-variabel keadaan” meminta perlakuan yang berbeda,
sehingga pelaporan perusahaan dapat merespon keadaan tempat transaksi dan
peristiwa terjadi. Varibel keadaan didifinisi sebagai :
“…..kondisi lingkungan yang bervariasi
diantara perusahaan dan yang mempengaruhi
a. Kelayakan
metode akuntansi, dan atau
b. Objektivitas
ukuran yang merupakan hasil penerapan metode akuntansi“
Tujuan implicit prinsip
keseragaman maupun fleksibilitas adalah melindungi pengguna dan menyajikan data
bermanfaat bagi pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal mengatasi posisi
ekstrimnya dalam isu pelaporan keuangan. Keseragaman tidak mendorong
komparabilitas, tidak dapat disangkal sebagai tujuan yang tidak layak.
Fleksibilitas terbukti telah mendorong munculnya kebingungan dan
ketidakpercayaan, solusi/tradeoff yang mungkin dapat diberikan
adalah mendukung keseragaman dengan mempersempit perbedaan praktik akuntansi
dan, pada saat yang sama memungkinkan pengakuan yang layak atas dasar dan
peristiwa ekonomi khusus perusahaan tertentu dan industry tertentu dengan
hubungan yang tepat antara keadaan ekonomi tertentu dengan teknik akuntansi.
Posisi tengah ini meminta definisi operasional dari “perbedaan keadaan” dan
petunjuk yang lebih baik untuk keterkaitan perbedaan dengan berbagai prosedur.
BAB III
KESIMPULAN
Aturan dan teknik akuntansi yang
ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi. Pondasi ini dibentuk dari
elemen-elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan atau struktur teoritis.
Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam penyusunan teori
akuntansi, rerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan didasarkan pada
serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi.
Struktur teori akuntansi terdiri
dari beberapa elemen sebagai berikut :
Pernyataan tujuan laporan
keuangan
Pernyataan postulat dan konsep
teroritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit
akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan
Pernyataan tentang
prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep teroritis
Batang tubuh teknik-teknik
akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi
Pemahaman terhadap elemen-elemen
ini dan hubungan teori akuntansi menjamin pemahaman terhadap alasan balik
praktik aktual dan masa mendatang. Laporan keuangan yang disajikan dalam
laporan akuntansi formal semata-mata merupakan refleksi penerapan struktur
teori akuntansi. Perbaikan isi dan format laporan keuangan berkaitan dengan
perbaikan struktur teoritis akuntansi. Agenda terpentint dari badan-badan
akuntansi seharusnya adalah penyusunan elemen-elemen teori akuntansi yaitu
tujuan akuntansi, postulat lingkungan, konsep teoritis prinsip akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed Riahi – Belkaoui,
Accounting Theory, Salemba Empat, Jakarta, 2000..
2. Eldon S. Hendriksen – Michael
F. Van Breda, Teori Akunting Edisi Kelima. Buku Satu.
3. Harahap-Sofyan Safri,Teori
akuntansi Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007